SURAT
Surat dari Bapak Dr. Bagindo Muchtar kepada Mejar
(B) Haji Abdul Rahman Bin Ibrahim
bertarikh 02 Oktober 1973.
________________________________________________________________________
Bagindo Muchtar
Gang Kenari 11/C 205 Saemba
Jakarta
Anakanda Sekeluarga,
Melalui lambaran ini kami permaklumkan pada
anakanda, ialah barkat doa bersama kami telah sampai di rumah dengan tiada kurang
suatu apa2. Alhamdulillah segala sesuatu berjalan dengan lancar sampai ke tempat yang dituju.
Begitupun kami harapkan di Malaysia ini untuk
keseluruhannya, sepeninggalan kami akan segala sesuatunya berjalan pulalah hendaknya
dengan lancar dan lebih berhasillah hendaknya daripada masa yang sudah2, insya-Allah.
Bersama lambaran ini ingin kami kembali meingatkan pada anakanda yaitu pesan
kami yang lalu, yaitu bukalah kembali jalan seluas-luasnya bagi anak2 kita di Penang dan kebebasan bagi diri mereka itu masing2 untuk memperkembang
badan dirinya demi untuk kelancaran dan kejayaan dan kebahagiaan badan diri
masing2 (insya-Allah). Dan awas jangan lupa kepada diri sendiri dan jangan lupa kepada ‘Aku’
dan segala sesuatu lakukan dengan sabar dan tenang, jauh dari takbur dan
sombong.
Dan bersama ini juga kami suka meingatkan kembali akan kata2 yang
kami tinggalkan dalam syarahan kami di Penang, Johor dan Dato’ Keramat yaitu
yang penting yang akan menjadi pegangan untuk dipedomani dan dibawakan. “Perbaiki
keadaanmu dengan apa yang ada padamu dan perbaikilah keadaan yang di luar badan
dirimu juga dengan apa yang telah ada padamu.”
Insya-Allah, kalau
dapat memahami betul kata2 tersebut segala yang di inginkan akan makbul.
Ketahuilah olehmu bahawa dalam diri itu ada sesuatu yang tersembunyi dan pada
ilmuku yang telah ada padamu itu, apa sesuatu yang tersembunyi itu telah
menjadi kenyataan bagimu sendiri, kerana dia itu terbitnya atau timbulnya dari
dirimu sendiri yang engkau sendiri telah merasakannya.
Berikut di bawah ini saya turunkan uraian Falasoof Ibnu Sina
(980-1037);
BISMILLAAHIR RAHMAANIR RAHIM
Orang yang arif mempunyai kedudukan dan darjat istimewa dan dalam
kehidupan dunia ini, jiwanya bebas dari ikatan raganya dan membumbung tinggi
menuju alam yang kudus. Dalam dirinya ada sesuatu yang hanya punya satu tujuan
saja yaitu mendekati ‘Alhaqqu Awwalu,’ kebenaran yang pertama. Sekali-kali tiada mempunyai tujuan
lain dan tidak satunya yang dapat mempengaruhinya. Dia beribadat hanya kepada satu saja yakni kebenaraan,
kerana Dia hanya yang mustahak buat di ibadati.
Hubungan dengan Yang Esa itu semata2 hubungan kemulian, bukan
kerana harap (raghban) dan bukan pula kerana cemas (arhaban). Orangnya yang selalu gembira, senyum, dan jernih mukanya. Dia
berlaku hormat kepada orang kecil sebagaimana hormatnya kepada orang besar,
kerana dia tawaduk, dapat mendudukkan dirinya. Dihadapinya orang tiada terkenal
sama dengan menghadapi orang istimewa. Betapa wajahnya tiada jernih, pada hal
hati sanubarinya sendiri yang telah gembira sejak dia mengenal kebenaran dan di
mana-mana dia melihat hanya satu saja yaitu Al-Haq, kebenaran. Dia memandang semua saja, kerana semua memang sama.
Orang yang arif berani, betapa dia tidak akan berani, padahal
dia tidak mengenal lagi akan takut mati. Orang yang arif dermawan, betapa dia
tidak dermawan, padahal cintanya tidak lebih lagi sama sekali kepada benda.
Orang yang arif adalah pemaaf, padahal kemuliaan murni jiwanya
lebih tinggi nilainya baginya daripada menghubunghubungkan kesalahan orang lain. Orang yang arif tidak
mengenal dendam, betapa dia akan berdendam, padahal ingatannya seluruhnya
dipenuhi oleh satu, yaitu Al-Haqq
sehingga tidak ada tempat di dalamnya buat
yang lain.
Anjuran kami;
Bacalah dan cubalah renungkan akan huraian Falas Ibnu Sina dan
kaji dan perbandingkanlah dengan apa yang telah kami berikan atau ajarkan
padamu dan pengikut-pengikutku sekalian
Wassalam dari
kami
……… tt… ……..
(Bagindo Muchtar)
Jakarta,
2-10-73
.